Mantapnya Ngabuburit Buku


Saya selalu saja bingung 
ketika ingin mengisi waktu 
sebelum waktu berbuka tiba. 
 
Selain ramadhan, saya bisa menghabiskan sisa waktu dengan menikmati secangkir kopi sambil menyisir karya sastra koran yang belum sempat terbaca semuanya. 

Namun tidak demikian di bulan suci ini. Barangkali, saya bisa menghabiskan waktu dengan cara ngabuburit. Masalahnya, di sekitar tempat saya, tidak ada tempat yang signifikan untuk itu. Maklum, berada di kepadatan rumah-rumah penduduk.

 Sebenarnya, saya bisa saja ke pasar turi menghayati keramaian, atau bersilah di monumen tugu pahlawan menyelami suasana. Dan, beberapa tempat lainnya yang bisa disinggahi. Sayangnya, selalu ada yang kurang pas dengan tempat-tempat semacam itu.

Untunglah, kebingungan itu terobati. Kenapa tidak menyisir buku-buku bacaan saja di Jl. Semarang? Bukankah, di sana terdapat kumpulan buku-buku menarik, dengan harga tidak melangit? Saya belum tahu, seberapa enteng harga buku di Jl. Semarang. Pasalnya, meski sering lewat, saya belum pernah mencoba membeli. 



Terkesima Novel Karya Jules Verne


Kali ini, saya pun melaju ke Jl. Semarang. Dan mulai Mengotak-atik buku di salah satu stand. Saya sempat ciut. Tumpukan buku yang saya sisir ternyata semuanya berbahasa Jerman! 

Hedelah. Beruntung, itu cuma di bagian beranda. 

    Di bagian dalam, saya temukan kumpulan komik, novel, dan buku-buku terbitan yang terbilang masih baru. Saya belum tahu, apakah harganya juga serupa nilainya dengan di toko-toko buku konvensional. 

Hingga kemudian saya terkesima oleh sebuah novel yang tampak kumal dan lusuh. Ketika saya baca novelisnya, ah ternyata novel karya Jules Verne. Seorang Novelis berkebangsaan Perancis dan perintis genre fiksi sains. Dengan ketebalan tiga ratus lebih, terbitan 1977. 
Novel ini terbit pada 1977 

 Mulanya, saya tidak tertarik ketika membaca judul edisi terjemahannya. Namun menyadari siapa penulisnya, saya coba nikmati isi di dalamnya. Sayangnya azdan keburu datang, saya tidak sempat menawar dua buah buku. 

Tapi lumayan-lah. Dua buah tebal-tebal dihargai sepuluh ribu. Harga asli novel Jules ini di Gramedia, sekitar 25 ribu. Berarti, saya cuma membelinya sekitar 5 ribu repes. Entah apakah jikalau ditawar masih bisa turun.


Sebelum bergegas menghidupkan nyala motor, saya sempat terhenyak. Seseorang datang mencegat. “Eh, mas, bayar karcisnya!”

   Saya melongo. Tidak ada angin, tidak ada badai, kok tiba-tiba ada pungutan karcis? Bukan hanya letak motor yang bisa saya pantau sendiri, sejak semula, saya tidak melihat ada tanda-tanda tukang parkir dan karcisnya. 

  Ah, biarlah. Barangkali, ia hanya tukang yang kesasar. Agustus 2010